Jumat, 13 Desember 2019

Sebuah Kisah Maya




Di malam hari yang dingin ditemani bunyi tetesan air hujan yang jatuh membasahi bumi Maya terduduk di depan sebuah meja belajar sembari menuliskan sepatah dua patah kata pada sebuah diary pink kesayangannya. Maya mulai termenung dengan pikiran yang mulai berkelana yang membuatnya terpaksa membuatku mengingat kejadian pahit tempo dulu.
Suatu hari saat di sebuah pusat perbelanjaan yang cukup terkenal. Maya beserta sahabatnya yang bernama Ana membeli alat-alat untuk tugas kelompok. Maya seorang gadis sederhana yang periang sedangkan Ana seorang sahabat yang pengertian. Mereka dulu hanya sahabat yang dipertemukan pada saat kelas 10 dan berlanjut ke kelas 11 yang memutuskan untuk sebangku bersama. Maya dan Ana seakan perangko yang selalu menempel kesana kemari selalu bersama dan hal itulah membuat mereka menjadi paham akan kepribadian masing-masing.
Saat itu mereka berjalan beriringan menuju sebuah toko namun dari arah berlawanan tampak seorang gadis cantik berdandan menor untuk ukuran seorang remaja yang berjalan kearah mereka. Sontak kejadian tabrakan tak terelakan pada Maya dan seorang gadis itu.

Bruk

            Maya pun sontak mengucapkan maaf berkali-kali namun sang gadis modis tampak marah dia pun mencaci maki tentang rupa buruknya Maya. “Lo kalau jalan lihat-lihat dong muka jelek buruk lagi apa selama ini lo gak perawatan hancur gitu wajah lo.” Lalu setelah mengatakan kata-kata itu sang gadis modis meninggalkan mereka begitu saja.
Tau kan rasanya disaat tak melakukan sesuatu kesalahan yang fatal. Namun tiba-tiba ada orang asing yang dengan seenaknya mencaci tentang buruk Maya. Sontak membuat Maya tertampar pada kenyataan akan wajahnya yang berjerawat parah dan kulit yang kusam. Sakit teramat sakit hati Maya apakah sebegitu buruk wajahnya sampai melontarkan kata-kata pedas. Ana pun memegang erat bahu Maya untuk memberikan kekuatan seraya mengatakan “Sudah jangan didengarkan anggaplah angin lalu.” Kalimat itu membuat Maya lumayan tenang Ana selalu dapat diandalkan.
Namun, hari-hari mereka berlalu dengan sikap Maya berubah membuatnya menjadi pendiam dan  kepribadiannya menjadi tidak percaya diri disaat Maya bersitatap dengan orang lain langsung saja membuang pandangan secepat mungkin. Maya risih dengan tatapan orang seakan menilai dan menggolok-olok Maya. Ana pun tak tinggal diam akan sikap Maya yang berubah dia selalu memberikan kata penyemangat dan selalu disisi Maya saat gadis itu kesusahan. Dan membantu Maya mencari solusi akan wajahnya. Sejak kejadian itu Maya mulai membenahi diri dan semakin mencintai dirinya sendiri.
Maya tersadar akan lamunannya lalu dia melanjutkan kegiatan menulisnya.

Dear Dairy,
Aku memang  hanya seorang gadis biasa
Yang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik
Kita hidup dalam ketidak sempurnaan
Ada banyak orang yang berkeinginan mencari kesempurnaan
Sebenarnya sempurna hanyalah kata
Tapi banyak  orang-orang yang mengumbarnya
Padahal takkan bertahan lama itu hanya titipan semata
Jadi, jangan bangga
Tuhan adil menciptakan manusia tidak sempurna
Karena kalau manusia itu sempurna dia tidak akan pernah mau berusaha
Apakah sempurna takaran untuk bahagiamu?
Pejamkan mata deh
Bayangin sempurnanya kamu dimata Tuhan
Tepuk pipimu kalau kamu lupa kamu berharga
Bentuk senyum di bibir dan cintai dirimu dulu
Lalu buka mata

Masih gak paham apa itu mencintai diri sendiri dan mulai menerima.

2 komentar: